Kamis, 01 Agustus 2013

Pengembalian Sang Angin dari Tuhan







Sejatinya seorang wanita itu kini masih diam berkecamuk dengan rasanya sendirian. Mencoba berlatih sedemikian, menepis keabu-abuan yang lama mengundang beragam tanya. Selalu terhenyak dalam sadar yang nyaris bisa sama. Menginjaknya untuk mati, malah semakin menumbuhkan tunas-tunas baru yang begitu tak dimengerti. Mengapa kota tinggalnya saat ini tetap tak dapat membuatnya amnesia dari endapan cerita kota lain di tahun silam?

Sungguh tak ada yang berusaha memperjuangkan ketertinggalan separuh di masanya. Mereka tetap tinggal dan hidup masing-masing dalam kisah yang berbeda. Bahkan hal yang satu itu kerap kali tak pernah tersentuh lagi oleh percakapan hangat yang beranjak kepada pertemuan.

Keasingan pun bertambah,
tertimbun dalam jarak dan waktu yang bersilang. Tak pernah ada kabar tentang angin yang riang atau kejenuhan tentang apa yang di hadapinya. Namun seperti tak mau habis ketinggalan, berita angin apapun selalu didapatinya. Mungkin cerita angin masih saja menjadi sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia tak pernah merasa bosan, dengan perubahan-demi perubahan terhadap sekitar yang kemudian ia dengar. Dalam hitam dan putih. Dalam benar dan salah. Selalu menuntutnya untuk tetap mengetahui sebagian perjalanan sang angin ke segala arah penjuru, demi berlembar-lembar naskah hasil daripada buah tangannya. 
Terlepas dari hati yang ditetapkan untuk terus dikunci, inspirasi tetap tak bisa ia matikan dalam segala keping rekaman mimpi dan perang batin yang dialami. Bukan tidak sadar, dan bukan ketidak warasan pula yang menjadikannya ketergantungan. Seperti ada celah yang sampai saat ini tak dapat dijelaskan.

Mengapa dan ada apa? tak ditemui jawaban pasti untuk berdalih. Kebenaran teori menjelaskan tak ada alasan untuk hal yang satu itu. Begitu saja dirasa dan tak pernah terlepas ia menyertakan Tuhan di dalamnya. Seperti aliran air yang kadang tenang dan deras. Sesuatu itu tumbuh menjadi suatu kecintaan dan kedekatan ia dengan Tuhannya, atau bisa jadi suatu ancaman yang dapat membuat ia tak henti meneteskan air bening itu dari pelupuk.


Saat sulit berjauhan pun kini tak ada. Suatu masa baru, suatu mimpi yang tak pernah disangka berbuah nyata. Dunia ini sesempit pada ruang mimpinya yang biasa. Kehadiran yang sebenarnya malah membuat ia makin tak sabar dan gusar menunggu. Sepertinya akan banyak transformasi tak biasa yang akan terpajang di hadapannya. Sesuatu yang lama tidak akan dapat diterima seperti semula, karna pembauran sudah mengkontaminasi, hingga mewujudkan alam yang berbeda. Terasa hitam keabu-abuan.

Seolah sang angin tak dapat lagi mengendalikan arahnya, kini menggelandang bebas tanpa aturan yang membatasi, menjadi suatu kebahagiaan yang tak pernah jadi mengekangnya. Nasihat baik kepada angin selalu tak pernah menjadikannya sadar. Bahkan ia pun lupa dengan seorang sahabat baik dalam dunia kecil yang lama dikenalnya. Kini keasingan semakin menjadi. Hanya sosok samar yang tak pernah menjadi terang. Alam sadarnya sudah banyak teracuni oleh kehadiran lingkungan yang sama sekali tak membawanya pada kebaikan.

Pertikaian rasa selalu mencegahnya untuk tidak pernah lagi membicarakan kisah tentang angin. Namun bisikkan kuat selalu mengajaknya untuk terus berkata ini benar !  teruskan untuk berdo’a, melepaskan dan membebaskan sang angin pada penciptanya.
Semua yang diinginkan manusia tak selalu bisa terjadi sama. Terkabulnya dapat dikata sebuah ujian, atau tidak terkabul bukan berarti terabaikan oleh Nya. Andai semua manusia di bumi ini dikehendakinya untuk beriman, maka semua yang ada ialah penduduk beriman. Namun kehendak berjalan dalam genggamanNya. Suatu kaum yang ia tinggalkan, dan dibiarkan terkapung-kapung dalam kehitaman, maka akan begitu seterusnya sampai ketiadaan lebih mengizinkannya untuk meninggalkan bumi. Maka kebutaan dan ketulian itu tak kan pernah menjadi sembuh, sekalipun kebenaran yang amat nyata terpampang  di hadapannya.

Entah, masihkah tumbuh pengharapan dalam sebuah rasa dalam seorang wanita itu kepada sang angin? Penipu dunia mulai dikenali, semenjak berlakunya masa ini. Tak ada yang lebih sengsara dalam masa itu, karna manusia akan banyak tertipu oleh gelap terangnya dunia. Maka kehati-hatian dan kemawasan tetap disertakannya.


Dan kini mereka berkata kebenaran, mengkhawatirkan keadaan, meresahkan jiwa yang sudah nyaris hitam. Faktanya sekarang mereka berada dalam ranah yang sama. Dan sosok wanita seakan tak mau terlepas dalam keyakinan dirinya, 

“ Ya, jangan pernah takuti apa yang belum terjadi. Selama nama Nya, Allah masih dan tetap disertakan. Mungkin nanti, saya baru tahu atas hikmah dan pelajarannya. Terhadap apa yang Tuhan hadirkan kembali di hadapan kedua mata saya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

the best ini

My inspiration..,

My inspiration..,

Blogger templates

Free Bunny Carrot MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com

Pages - Menu

 

Copyright 2010 Beranda Senja.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.