Selasa, 11 Maret 2014

Bicara Lain Pada Lilin Kesekianmu



  



Tanggal di bulan ini datang lagi. Bias kecil dulu padahal masih lekat dirasa. Menjadi seorang yang polos, penuh tanya, menggandeng jemari tangan bidadariku, bidadarimu, belajar melangkah karena takut terjatuh. Sering waktu berlalu dengan amarah sayangnya. Kamu berulah. Ya, ia marah tapi tak lama.


Kesan dulu, teringat hari-hari itu penuh singgung senyumnya. Membekas tanpa layu, dan selalu teringat di hari Ibu. Ya, kata orang itu hari yang ditunggu-tunggu untuk mengeskpresikan sejuta sayangmu untuk malaikat sepanjang masa itu. Rela menabung uang saku demi membelikan sepotong kue berhias gula mentega warna-warni. Atau mungkin, sebuah tas cantik, sepatu, baju, apapun itu yang membuat hatinya sumringah. Makin sayanglah ia padamu!
                                             
Kau minta ini, Ibu menurutimu. Kau minta itu, juga diturutinya. "Apa yang tidak untukmu sayang?"
Ya, dia malaikat yang sangat baik. Rela mengeluarkan uang saku untuk sekedar menuruti hal yang kamu ingini. Dia tak sayang dengan seperak dua perak yang dikeluarkan, asal kamu senang. Dia tidak akan membiarkanmu minder, menangis, apalagi tersakiti oleh orang lain yang mengusilimu. Dia hanya mengutamakan dirimu, sadarkah itu?

Sepulang sekolah, perhatian itu langsung sepenuhnya tertuju padamu.
"Bagaimana sekolahmu? , belajar apa saja?, kenapa pulang lebih cepat?, ada PR apa saja dari Guru?, nilaimu di kelas?", dan pertanyaan-pertanyaan itu berlalu tak terdengar kemudian.

Dia menghabiskan waktu untuk mengajarimu. Baca, tulis, menghitung, dan yang utama, wanita itu ialah yang pertama mengenalkanmu pada Tuhan, mendekap agama kepercayaan. Dia memberitahumu soal apa saja tentangNya yang sangat sulit dijelaskan. "Bu, Dia itu laki-laki atau perempuan?, Bu, apakah letak orang-orang jahat itu di Neraka? Surga itu bagaimana?, Dia itu ada di mana-mana, berarti banyak bukan?.. "

Dan ketika itu, kamu mulai belajar apa yang semua Ibumu beritahu. Kamu mengikuti kebaikan apa yang Ibumu ajarkan dan perintahkan. Kamu selalu giat, bersemangat setiap mendengarnya meminta bantuanmu. Kamu selalu menjadi kebanggaannya. Apalagi jika kamu menjadi peringkat di kelas. Kamulah segalanya. Pusar harapan dan kebanggaannya.


Dibalik penambahan angka, sejatinya usiamu kini semakin berkurang. Pijakanmu kini diharapkan semakin kokoh dan tegas. Kamu melangkahkan sepasang kaki itu sendiri, berjalan tanpa bantuannya lagi. Ceritamu kini lebih terdengar jarang di telinganya, tidakkah kamu lebih sendiri menyimpan?
Masalah datang, kamu datang masuk kamar dengan muka masam. Acuh terhadapnya. Membawa emosi itu pulang kandang. Ibumu ikut termakan. Sekitarmu apalagi?

Hidupmu memang dipenuhi cinta. Tapi cinta buta. Ya, hanya cinta yang membuatmu lemah. Cinta yang melenakanmu dari Sang pemilik jiwa. Kepada Dia yang dahulu sibuk kau tanyakan, yang kau kenali dari wanita tak bersayap itu. Katanya, Dia itu sumber dan tempatmu meminta, bergantung, mengharap, bercerita, dan memohon kebaikan atas gusar yang kau rasakan. "Jika kau mendekat padaNya sejengkal, maka Dia akan mendekatimu sehasta." Dia tidak membutuhkanmu, hah! ya, justeru kau yang sangat membutuhkan Dia.

Dewasa. Itu seharusnya kamu. Wanita itu sudah mulai renta. Dia tak menanggung lagi atas dosamu. Kamu yang melukis warna pada kanvas hidupmu. Menuangkan warna dari satu warna yang tak bercorak. Putih.

Kamu sadar? perlahan kian tak memedulikan wanita renta itu, dan kamu pun mengabaikan segala hal baik yang diajarkannya. Kamu lebih bahagia! Kamu bisa bebas! Kamu lepas dari aturan, ya karena kamu mengganggap kini statusmu sudah lebih DEWASA? haha, ya genap tiga tahun, kamu mengantongi kartu penduduk sebagai tanda kamu bisa untuk diakui bukan "Anak Mama".


Ketika kecil, menjadi dewasa ialah hal yang sangat misteri, sangat kau nanti, memimpikan taman surgawi kelak mengais sang buah hati. Kamu menginginkan sekolah yang lebih tinggi, berlanjut ke sekolah tingkat atas, melakukan jenjang karir, mapan, hingga pada waktunya kamu sampai di dramaga terakhirmu.

Namun pada proses itu, apa saja yang telah banyak kamu lakukan?
Bangun pagi malas, kuliah tak jelas, 'nongkrong' gak jelas terbawa jadi rutinitas. Kamu mulai payah. Membayangkan untuk pulang. Menangis karena tak siap menghadapi "Dewasa". Wajahmu kala itu sudah sangat kelu, sendu, pilu, aah! terlalu. Kamu hanya sanggup mengeluh. Sedikit berusaha, enggan bersusah payah. Ingin berbahagia, namun caramu salah. Terlalu bebas, dan semakin bebas, membebaskan diri sebebas-bebasnya tanpa merasa terkungkungi. Kamu melupakan wanita itu? bagaimana kemudian Dia yang dikenalkannya padamu? Tempat sejatinya Cinta yang setiap saat harusnya selalu kau butuhkan. Bukan cinta butamu itu.

Berjanjilah untuk usiamu dalam batas pengurangan ini. Wanita itu tak mengharapkan lebih. Wanita itu tak memelas pamrih. Bahagianya hanya satu dalam setiap pesannya sejak dulu, "Jalankanlah PerintahNya."


Dalam kesempatan barumu ini, putarlah lekat nada-nada malaikat itu yang kala kecil sudah menimangmu, menuntunmu, dan banyak sekali mengajarimu. Pelajari lagi pedoman mimpimu, usaha, prestasi, dan harapan-harapan itu yang menjamur! Kini kau siap membuka kanvas baru, itu artinya kau harus sedia memulas dengan kuas-kuas baru. Harapannya semoga kuas itu lebih bermanfaat. 

Kamu boleh membeli kuas itu dengan harga yang sangat murah. Kamu boleh menggunakan alat apa saja pengganti kuas itu. Asal kamu tak lagi semakin mengabaikannya dalam hasil seni terburuk.

Siapa bilang kuas murah itu tak berkualitas?
Bahkan kamu mampu menyusun setitik demi setitik warna yang belum tertebak. Menjadikan semua itu utuh berbicara, mengalir tanpa suara, nada, maupun tulisan kata. Tapi pastikan kualitas lukisanmu itu mampu berbicara banyak atas semangat, kerja keras, tangis, tawa, impian, serta Doa'mu.


Selamat Ulang Tahun hari lahirku, terima kasih untukmu.
IBU : )


[ Tulisan ini untuk sesiapapun yang berulang tahun. Memaknai kesan berbeda pada lanjutan proposal baru di hidupnya. ] :]

Tidak ada komentar:

My inspiration..,

My inspiration..,

Blogger templates

Free Bunny Carrot MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com

Pages - Menu

 

Copyright 2010 Beranda Senja.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.