sumber: tjemeroks.blogspot.com
Tanggal di
bulan ini datang lagi. Bias kecil dulu padahal masih lekat dirasa. Menjadi
seorang yang polos, penuh tanya, menggandeng jemari tangan bidadariku,
bidadarimu, belajar melangkah karena takut terjatuh. Sering waktu berlalu
dengan amarah sayangnya. Kamu berulah. Ya, ia marah tapi tak lama.
Kesan dulu,
teringat hari-hari itu penuh singgung senyumnya. Membekas tanpa layu, dan
selalu teringat di hari Ibu. Ya, kata orang itu hari yang ditunggu-tunggu untuk
mengeskpresikan sejuta sayangmu untuk malaikat sepanjang masa itu. Rela
menabung uang saku demi membelikan sepotong kue berhias gula mentega
warna-warni. Atau mungkin, sebuah tas cantik, sepatu, baju, apapun itu yang
membuat hatinya sumringah. Makin sayanglah ia padamu!
Kau minta
ini, Ibu menurutimu. Kau minta itu, juga diturutinya. "Apa yang tidak
untukmu sayang?"
Ya, dia
malaikat yang sangat baik. Rela mengeluarkan uang saku untuk sekedar menuruti
hal yang kamu ingini. Dia tak sayang dengan seperak dua perak yang dikeluarkan,
asal kamu senang. Dia tidak akan membiarkanmu minder, menangis, apalagi
tersakiti oleh orang lain yang mengusilimu. Dia hanya mengutamakan dirimu,
sadarkah itu?
Sepulang
sekolah, perhatian itu langsung sepenuhnya tertuju padamu.
"Bagaimana
sekolahmu? , belajar apa saja?, kenapa pulang lebih cepat?, ada PR apa saja
dari Guru?, nilaimu di kelas?", dan pertanyaan-pertanyaan itu berlalu tak terdengar kemudian.
Dia
menghabiskan waktu untuk mengajarimu. Baca, tulis, menghitung, dan yang utama,
wanita itu ialah yang pertama mengenalkanmu pada Tuhan, mendekap agama
kepercayaan. Dia memberitahumu soal apa saja tentangNya yang sangat sulit
dijelaskan. "Bu, Dia itu laki-laki atau perempuan?, Bu, apakah letak
orang-orang jahat itu di Neraka? Surga itu bagaimana?, Dia itu ada di
mana-mana, berarti banyak bukan?.. "
Dan ketika
itu, kamu mulai belajar apa yang semua Ibumu beritahu. Kamu mengikuti kebaikan
apa yang Ibumu ajarkan dan perintahkan. Kamu selalu giat, bersemangat setiap
mendengarnya meminta bantuanmu. Kamu selalu menjadi kebanggaannya. Apalagi jika
kamu menjadi peringkat di kelas. Kamulah segalanya. Pusar harapan dan
kebanggaannya.
Dibalik penambahan
angka, sejatinya usiamu kini semakin berkurang. Pijakanmu kini diharapkan
semakin kokoh dan tegas. Kamu melangkahkan sepasang kaki itu sendiri, berjalan
tanpa bantuannya lagi. Ceritamu kini lebih terdengar jarang di telinganya,
tidakkah kamu lebih sendiri menyimpan?
Masalah
datang, kamu datang masuk kamar dengan muka masam. Acuh terhadapnya. Membawa
emosi itu pulang kandang. Ibumu ikut termakan. Sekitarmu apalagi?
Hidupmu
memang dipenuhi cinta. Tapi cinta buta. Ya, hanya cinta yang membuatmu lemah.
Cinta yang melenakanmu dari Sang pemilik jiwa. Kepada Dia yang dahulu sibuk kau
tanyakan, yang kau kenali dari wanita tak bersayap itu. Katanya, Dia itu sumber
dan tempatmu meminta, bergantung, mengharap, bercerita, dan memohon kebaikan
atas gusar yang kau rasakan. "Jika kau mendekat padaNya sejengkal, maka
Dia akan mendekatimu sehasta." Dia tidak membutuhkanmu, hah! ya,
justeru kau yang sangat membutuhkan Dia.
Dewasa. Itu
seharusnya kamu. Wanita itu sudah mulai renta. Dia tak menanggung lagi atas
dosamu. Kamu yang melukis warna pada kanvas hidupmu. Menuangkan warna dari satu
warna yang tak bercorak. Putih.
Kamu sadar?
perlahan kian tak memedulikan wanita renta itu, dan kamu pun mengabaikan segala
hal baik yang diajarkannya. Kamu lebih bahagia! Kamu bisa bebas! Kamu lepas
dari aturan, ya karena kamu mengganggap kini statusmu sudah lebih DEWASA? haha,
ya genap tiga tahun, kamu mengantongi kartu penduduk sebagai tanda kamu bisa
untuk diakui bukan "Anak Mama".
Ketika kecil,
menjadi dewasa ialah hal yang sangat misteri, sangat kau nanti, memimpikan
taman surgawi kelak mengais sang buah hati. Kamu menginginkan sekolah yang
lebih tinggi, berlanjut ke sekolah tingkat atas, melakukan jenjang karir,
mapan, hingga pada waktunya kamu sampai di dramaga terakhirmu.
Namun pada
proses itu, apa saja yang telah banyak kamu lakukan?
Bangun pagi
malas, kuliah tak jelas, 'nongkrong' gak jelas terbawa jadi rutinitas. Kamu
mulai payah. Membayangkan untuk pulang. Menangis karena tak siap menghadapi
"Dewasa". Wajahmu kala itu sudah sangat kelu, sendu, pilu, aah!
terlalu. Kamu hanya sanggup mengeluh. Sedikit berusaha, enggan bersusah payah.
Ingin berbahagia, namun caramu salah. Terlalu bebas, dan semakin bebas,
membebaskan diri sebebas-bebasnya tanpa merasa terkungkungi. Kamu melupakan
wanita itu? bagaimana kemudian Dia yang dikenalkannya padamu? Tempat sejatinya
Cinta yang setiap saat harusnya selalu kau butuhkan. Bukan cinta butamu itu.
Berjanjilah
untuk usiamu dalam batas pengurangan ini. Wanita itu tak mengharapkan lebih.
Wanita itu tak memelas pamrih. Bahagianya hanya satu dalam setiap pesannya
sejak dulu, "Jalankanlah PerintahNya."
Dalam kesempatan barumu ini, putarlah lekat nada-nada malaikat
itu yang kala kecil sudah menimangmu, menuntunmu, dan banyak sekali
mengajarimu. Pelajari lagi pedoman mimpimu, usaha, prestasi, dan
harapan-harapan itu yang menjamur! Kini kau siap membuka kanvas baru, itu
artinya kau harus sedia memulas dengan kuas-kuas baru. Harapannya semoga kuas
itu lebih bermanfaat.
Kamu boleh membeli kuas itu dengan harga yang sangat murah. Kamu boleh menggunakan alat apa saja pengganti kuas itu. Asal kamu tak lagi semakin mengabaikannya dalam hasil seni terburuk.
Kamu boleh membeli kuas itu dengan harga yang sangat murah. Kamu boleh menggunakan alat apa saja pengganti kuas itu. Asal kamu tak lagi semakin mengabaikannya dalam hasil seni terburuk.
Siapa bilang
kuas murah itu tak berkualitas?
Bahkan kamu
mampu menyusun setitik demi setitik warna yang belum tertebak. Menjadikan semua
itu utuh berbicara, mengalir tanpa suara, nada, maupun tulisan kata. Tapi
pastikan kualitas lukisanmu itu mampu berbicara banyak atas semangat, kerja
keras, tangis, tawa, impian, serta Doa'mu.
Selamat Ulang Tahun hari lahirku, terima kasih untukmu.
IBU : )
Selamat Ulang Tahun hari lahirku, terima kasih untukmu.
IBU : )
[ Tulisan ini untuk sesiapapun yang berulang tahun. Memaknai kesan berbeda pada lanjutan proposal baru di hidupnya. ] :]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar