Setelah kemarin
cukup berlelah-lelah, sekarang saatnya saya refleksi kata. Niat melemaskan jari-jemari, disini akan sedikit saya share apa
yang telah didapat dari seminar yang diselenggarakan oleh HIMSINA (Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia) di kampus saya kemarin, dengan judul “Sehari Menulis Fiksi" – bersama Okky Madasari. Yuk
disimak : )
Sebelum kita
menulis Fiksi, asiknya kenalan dulu kali ya.. sama istilah “FIKSI”. Kebayang kan jelimetnya kayak
apa kalau ingin membuat cerita fiksi?, belum juga dibuat,dengar kata-nya saja
sudah dibikin mumet,males,dan mentok! : (
Sebenarnya sih, kata
pembicara dari seminar-seminar kepenulisan yang pernah saya ikuti, menulis fiksi itu tidak sulit, mengawalinya sangat mudah,
menyelesaikannya apalagi !
Mungkin untuk seseorang yang sudah terbiasa menggerakkan pena-nya dalam menulis fiksi akan lebih mudah ketika menulis, tidak memerlukan lagi langkah-langkah
khusus yang harus diperhatikan, karena tulisan itu pasti akan mengalir indah begitu saja tanpa adanya perencanaan.
FIKSI
Setelah saya
ambil kesimpulan, fiksi bisa diartikan sebagai sebuah karya tulis yang
memadukan antara hasil pengamatan, sebuah peristiwa nyata, atau realita
kehidupan, dengan unsur imajinasi si pengarang. Bentuk karya dari fiksi ini beraneka
ragam, bisa karya puisi, cerpen, atau novel. Yang kali ini akan kita bahas itu
membuat cerita fiksi.
Dalam mengarang
suatu cerita sebenarnya tidak terlalu sulit, karena fiksi sendiri bisa diambil
berdasarkan pengalaman, atau kejadian-kejadian yang menurut kita unik dan menarik
untuk ditulis. Tentunya tulisan tersebut tidak seutuhnya dari kejadian nyata,
melainkan diimprovisasi sesuai dengan ilustrasi, atau imajinasi yang dimiliki
penulis. Karena dalam menulis dibutuhkan energi dan amunisi yang cukup baik,
maka disarankan untuk penulis melakukan sebanyak mungkin riset, membaca,
mengamati, mencatat, atau kita juga bisa mengumpulkan bahan dari hasil googling
untuk memperkuat detail sebuah karakter atau nyawa dalam tulisan, lalu
mengembangkannya menjadi cerita baru yang lebih kreatif.
Tak perlu repot dan jauh-jauh ide dalam mengarang fiksi, membuat cerita yang terlalu berandai klise, seperti harus membuat sebuah cerita yang “wah” yang gak pernah ada, berputar-putar sehingga tulisan menjadi boros kata dan tidak efektif, sampai-sampai kita keburu capek duluan ngurusin ide yang harus dituangkan,
“hah..? apa yaah.., gue harus
buat tulisan apa nih?.. Ceritanya harus ada sesuatu, tapi apa yaa..? yang kayak
gimana nih?”
*hitung mundur,sebuah dinamit akan meledak!! ..@#$%^*!!???!??!" ...3....2...1..!!*
bundel-jandra22.blogspot.com
*hitung mundur,sebuah dinamit akan meledak!! ..@#$%^*!!???!??!" ...3....2...1..!!*
bundel-jandra22.blogspot.com
(hihi..kadang
sih ini jadi curhatan penulis juga).
Yah, keburu capek mikir ide. Memang sih, “ide”
biasanya merupakan satu awal yang pada kebanyakan orang itu menjadikan sebuah keterhambatan
dalam menulis. Ya, sering kali karena sebuah ide yang katanya dianggap sulit,
entah harus menulis apa, gak tahu harus dimulai darimana. So, niat awal menulis
pun akhirnya jadi tertunda, kertas kosong, masih disitu-situ aja, atau
malah gak jadi nulisnya.
--> *curhat*
--> *curhat*
Nah, di sini ada
beberapa step yang bisa dilakukan oleh para pemula dalam membuat sebuah cerita
fiksi :
1. IDE CERITA
Ide dalam sebuah
cerita sih.. sama saja seperti benang merah atau bisa dibilang garis besarnya
cerita. Sebuah ide ini bisa diambil dari beragam proses. Ide bisa didapat dari apa
yang dilihat, dari ragam interaksi, atau dari banyak hal yang telah dibaca. Ide
juga tidak selalu datang dari hal yang “wah”, bisa saja sebuah ide berangkat
dari hal yang sederhana, seperti ide yang dapat diambil dari persoalan hidup.
Intinya sih kata
mbak Okky, ide itu gimana proses kita untuk lebih peka melihat apa yang ada di
sekitar.
2. MEMBANGUN KARAKTER
Fiksi itu
menulis tentang kehadiran manusia. Disini kita belajar membuat sebuah karakter
yang akan dimiliki oleh tokoh baru yang kita ciptakan berdasarkan latar atau
lingkungan dimana ia tinggal.
Misalnya ingin
membentuk karakter yang baik dan bersahabat, Bagaimana penulis dapat memasukkan
karakter tersebut melalui dialog dalam
seorang tokoh, atau bisa juga menyiratkannya melalui bagaiamana cara si tokoh saat
berututur, berpendapat, atau berperilaku. Bisa saja tokoh seorang yang baik dan
bersahabat ini dicirikan dengan dimana adanya dia selalu bersifat terbuka,
ramah, ceria, dan ia bisa masuk ke berbagai sifat karakter yang berbeda.
Pembangunan sebuah karakter ini pun nantinya akan menjadi dasar untuk membuat
alur, plot, dan peristiwa-peristiwa berikutnya apa yang ingin ditulis.
3. PLOT
Plot ini
maksudnya runtutan dalam sebuah cerita. Untuk sebagian pemula menurut mbak Okky,
penulis bisa saja membuat outline terlebih dulu. Misalnya kita bisa membuat
sinopsis (bukan sinopsis yang ada di bagian belakang buku ya) tapi garis
besar dari isi cerita. Seperti hal nya kalian bercerita kepada orang lain,
sinopsis juga harus meliputi 5w + 1 H,
dimulai dari siapa saja yang akan menjadi tokohnya (karakter),dimana dan kapan
kejadiannya (setting) dan bagaimana terjadinya (proses).
4. PERISTIWA
Meruntutkan
kejadian-kejadian yang diceritakan dari awal sampai akhir. Biasanya sebuah
cerita dibumbui dengan adanya sebuah konflik, titik tegang, sampai pada
akhirnya terjadi titik klimaks, atau penyelesaian.
Peristiwa bisa
kita kembangkan dari isi setiap bab yang telah dibuat. Jadi, apa yang sudah
kita tulis per bab, kita kembangkan lagi melalui peristiwa-peristiwa cerita
yang akan terjadi lagi selanjutnya. Agar tulisan gak mandet di bab- kesekian,
dari awal kita harus sudah mengetahui terlebih dahulu alur cerita secara
menyeluruh, sehingga tidak kebingungan akan dibawa kemana ending ceritanya.
5. DIALOG
Diangkat dari
peristiwa sederhana, disesuaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Menulis
menggunakan kata yang jelas, tidak berbelit-belit, lugas, dan simpel. Dialog
dapat menambahkan nyawa, dan membuat cerita untuk lebih kuat dan berkarakter.
Ya, kurang lebihnya seperti itu materi yang dibahas oleh mbak Okky dalam acara seminarnya
kemarin. Semoga sedikitnya bisa membantu para pemula agar tidak kesusahan
mengawali cerita, dan semakin mengasah kreatifitas baru dalam menulis fiksi.
Kesimpulannya:
“Setiap kejadian, pengalaman, dan ralitas hidup
kamu itu ialah bagian dari FIKSI. FIKSI yang baik diolah oleh penulisnya dari
kisah nyata, kemudian dipadukan dengan imajinasi, sehingga setelahnya akan
sulit orang lain menilai apakah karya tersebut berasal dari kisah nyata atau
karangan belaka.”
Intinya sih, PEKA aja ya !
**Cakap-cakap - boleh menambahkan :p
Berdasar
referensi seminar lain yang pernah saya ikuti, bahwa kunci dari setiap menulis
yang membuat beda itu, ya sudut pandang spesialnya. Dimana kamu bisa mengangkat
sebuah hal yang sederhana menjadi berbeda warna, melahirkan sebuah perspektif
baru, yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar