Perhatikan ukiran siluet itu di sini! Ku rasa, sesuatu berteriak memanggil-manggil kepingan yang usang dan terbuang. Penuh denga raut rindu, yang lebih manis untuk tidak diucap daripada harus menabur lebih banyak dosa.
Ah, padahal semua tulisan ini terlahir banyak dari seonggok manusia batu itu. "Seonggok?" ya, terserah tepat atau tidak. Yang penting aku suka menyembutnya.
Kembali pada biasan gambar yang terekam nyaris tak tertinggal lupa. Aku berterima kasih, karena mungkin bukan suatu kebetulan dia berhasil melewati episode panjang itu dulu, dan kini banyak kata yang rasanya tak pernah habis terlontar dan bertumpah dalam layar fiksi ini. Menjamu sepasang mata, yang suka atau tidak harus ku baca.
Aku tak menyuguhi mereka untuk bisa membaca ini. Setidaknya saja, hati ini menghembuskan kata "Lega". Lega karena harus mencecerkan emosi yang tumpang tindih bagai gigi geraham anak SD yang tumbuh tak beraturan. "Perumpamaan yang aneh?" yah, yang penting aku suka.
Hanya tawa menggelitik untuk coretan kesembilan puluh tujuh ini. Mengumpat pada kata yang tidak lebih baik bilapun dituliskan. Biarkan saja, biar aku mengoleksinya menjadi tulisan pelipur bosan, dan sebagai pemijat mata ini yang lelah seharian merajut asa. Dengan ungkapan semerawut, yang ku pikir, "aku sendiri sulit untuk menembak." Hanya menuliskanlah jurus jitunya.
Yah, semakin larut, semakin lelah, semakin pula bahasannya ngelantur kemana-mana. Layaknya bak penampung yang sedang diisi air, lama-lama ya bisa kepenuhan juga, wes mblebeerrrr to'? ..
Salam sungkem, sepuh dalem empunya blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar