Terdapat nyanyian yang katanya terlalu lembut jadi penawar sajak kerinduan; sebuah kenangan, kehilangan, kepergian.
Engkau, pada gerimis
Kadang ia tahu, hujan sengaja bertandang di depan rumah bukan sebab hanya dirinya sedang rindu, namun lebih dari sekedar itu..
Hujan menyapa, bagi sesiapa yang dituju
Hujan punya makna, bagi mereka yang candu
Hujan punya pertikaian, ketika makhluk bumi banyak perlu dan sedang terburu-buru
Hujan punya senyum, ketika lembar rupiah sangat dibutuh masuk dalam saku
Pun Hujan punya haru, ketika perjalanan dua dari sekian kisah harus berhenti sampai di situ
Hujan punya semua, hujan berbicara banyak. Hujan menuju pada sesiapa yang mungkin dilibatkan. Hujan tetap bercerita, sekalipun di atas sana gelegar petir sesekali menyentak geram.
Dan detik itu, hujan menyampaikan surat yang tersirat.
Dan detik itu, hujan menyampaikan surat yang tersirat.
Dari sebuah layar; langit. Dalang para wayang mengintip dengan tertawa.
Karna satu wayang didengar, menyebut namanya penuh cemas.
"Hujan, meredalah sejenak. Aku ingin awan putih terlihat"
Bogor, 12/08/14
Bogor, 12/08/14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar