Sumber gambar :
Kadang, banyak warna tidak selalu membuatmu utuh dalam bahagia.
Warna. Unsur yang mengandung banyak spekulasi. Bisa dikatakan "beda",
atau lain hal ialah "ceria". Mungkin, untuk satu hal terakhir
bisa dikatakan demikian jika saja ditambahi pengulangan beda bunyi, menjadi
"warna-warni"
Beda atau perbedaan, karena mungkin masing-masingnya memiliki
sifat dan karakter khusus. Sedangkan ceria, oleh sebab satu warna monokrom
terkesan biasa, sehingga kamu lebih menyukai suatu pola dengan banyak rangkaian
warna. Tentu membuat hidupmu lebih berseni, bukan?
Namun, seketikanya situasi lain mengatakan warna ialah
"pergolakan". Perjalanan hidupmu yang sejatinya akan selalu mendapati
ujian. Sama rupanya seperti bentuk bumi yang secara kasat hanyalah dataran.
Ternyata tidak, banyak cekungan, tanjakan, turunan, serta hal lainnya dari
gelombang.
Di sanalah, pada warna kehidupan kamu menemukan kisah haru
bahkan senyuman. Semua bersatu mengecap pada padanan kata "warna"
Pada makna yang bukan kiasan, warna memang mengartikan suatu hal
yang lebih berkarakter dan menarik. Tanpa warna, sesuatu akan tampak dan terasa
agak membosankan, monoton, atau bahkan mati. Sama kiranya, seperti manusia yang
akan lebih bersemangat dan produktif jika dalam ruang kerjanya diberikan suatu
warna tertentu. Atau bisa jadi, warna tersebut ialah daripada kesukaannya.
Di luar itu, seseorang sunatullahnya akan berjalan pada pola
warna berkembang, penuh gradasi, dengan 'keseimbangan warna', sesuai dengan
kemampuan pribadinya. Ketika seorang tersebut dikatakan ceria, ada beberapa
kerinduan mungkin, di selanya dia menginginkan haru. Maka tidak akan selamanya
begitu, hidup lurus-lurus saja, bahagia terus-menerus atau melulu sedih.
Pada kelompok yang dipenuhi keceriaan, ada satu ruang, makna,
atau mungkin 'sauna privat' -nya yang menginginkan hilang dari sumber
warna.
"Ia sedang tak mencari 'ruangan berwarna', namun sejenaknya
ia rehat untuk singgah, pada 'ruangan tanpa warna yang banyak makna."
Tepat.
Pada tepian ruang "Hitam dan Putih". Nyaris kosong,
sepi, tentu tak berwarna. Hei, tunggu! Hitam dan Putih pun bukankah warna?
Ya, setidaknya dua monokrom itu lebih memiliki makna. Makna yang
sangat mendasar, dramatis, dan sederhana yang mampu membuat
lebih berpikir.
Cobalah sesekali, ajak hatimu untuk "ngopi" bareng.
Perbanyaklah waktu bersama dirimu sendiri, yang lebih baiknya jika kamu pun
turut menghadirkan Dia, Tuhanmu.
Di tengah warna ceria, sesungguhnya ada bahagian diri yang tak
kan kamu temui di situ, melainkan hanya pada teras "Hitam - Putih".
Biarkanlah sesaat tanpa ramai, dan duduk manislah dengan tenang di ruang kosong
itu. Jernihkan pikir, luruskan kembali jutaan syaraf dalam tempurung
emasmu. Berlatih, dan aktifkan ia kembali, untuk lebih mampu mencerna,
merangkai, membaca, mengkaji, menilai, merasa, dan mengamati sekitar yang
sungguh sudah terlalu sesak dengan bias warna-warna serta warna-warni
kehidupan.
"Ada saatnya kamu harus jenuh dengan warna, pula ada
waktunya kamu tak bahagia melulu dengan ceria. Karena tidak berwarna bukan
selalu menunjukkan lara, melainkan penarikan diri dari alam yang mengaku rindu
metamorfosa."
Hidup menjadi lebih bermakna, tanpa banyak warna yang berlarian
dan melelahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar