Rabu, 06 Agustus 2014

Seduh Teduh, Kopi Hitam-Putihmu







Sumber gambar : www.alfredoezquerra.es




Kadang, banyak warna tidak selalu membuatmu utuh dalam bahagia. Warna. Unsur yang mengandung banyak spekulasi. Bisa dikatakan "beda", atau lain hal ialah "ceria".  Mungkin, untuk satu hal terakhir bisa dikatakan demikian jika saja ditambahi pengulangan beda bunyi, menjadi "warna-warni"

Beda atau perbedaan, karena mungkin masing-masingnya memiliki sifat dan karakter khusus. Sedangkan ceria, oleh sebab satu warna monokrom terkesan biasa, sehingga kamu lebih menyukai suatu pola dengan banyak rangkaian warna. Tentu membuat hidupmu lebih berseni, bukan?

Namun, seketikanya situasi lain mengatakan warna ialah "pergolakan". Perjalanan hidupmu yang sejatinya akan selalu mendapati ujian. Sama rupanya seperti bentuk bumi yang secara kasat hanyalah dataran. Ternyata tidak, banyak cekungan, tanjakan, turunan, serta hal lainnya dari gelombang.
Di sanalah, pada warna kehidupan kamu menemukan kisah haru bahkan senyuman. Semua bersatu mengecap pada padanan kata "warna"

Pada makna yang bukan kiasan, warna memang mengartikan suatu hal yang lebih berkarakter dan menarik. Tanpa warna, sesuatu akan tampak dan terasa agak membosankan, monoton, atau bahkan mati. Sama kiranya, seperti manusia yang akan lebih bersemangat dan produktif jika dalam ruang kerjanya diberikan suatu warna tertentu. Atau bisa jadi, warna tersebut ialah daripada kesukaannya.

Di luar itu, seseorang sunatullahnya akan berjalan pada pola warna berkembang, penuh gradasi, dengan 'keseimbangan warna', sesuai dengan kemampuan pribadinya. Ketika seorang tersebut dikatakan ceria, ada beberapa kerinduan mungkin, di selanya dia menginginkan haru. Maka tidak akan selamanya begitu, hidup lurus-lurus saja, bahagia terus-menerus atau melulu sedih.

Pada kelompok yang dipenuhi keceriaan, ada satu ruang, makna, atau mungkin 'sauna privat' -nya yang menginginkan hilang dari sumber warna. 


"Ia sedang tak mencari 'ruangan berwarna', namun sejenaknya ia rehat untuk singgah, pada 'ruangan tanpa warna yang banyak makna."


Tepat.

Pada tepian ruang "Hitam dan Putih". Nyaris kosong, sepi, tentu tak berwarna. Hei, tunggu! Hitam dan Putih pun bukankah warna?
Ya, setidaknya dua monokrom itu lebih memiliki makna. Makna yang sangat mendasar, dramatis, dan sederhana yang mampu membuat lebih berpikir.

Cobalah sesekali, ajak hatimu untuk "ngopi" bareng. Perbanyaklah waktu bersama dirimu sendiri, yang lebih baiknya jika kamu pun turut menghadirkan Dia, Tuhanmu.

Di tengah warna ceria, sesungguhnya ada bahagian diri yang tak kan kamu temui di situ, melainkan hanya pada teras "Hitam - Putih". Biarkanlah sesaat tanpa ramai, dan duduk manislah dengan tenang di ruang kosong itu. Jernihkan pikir, luruskan kembali jutaan syaraf dalam tempurung emasmu. Berlatih, dan aktifkan ia kembali, untuk lebih mampu mencerna, merangkai, membaca, mengkaji, menilai, merasa, dan mengamati sekitar yang sungguh sudah terlalu sesak dengan bias warna-warna serta warna-warni kehidupan.


"Ada saatnya kamu harus jenuh dengan warna, pula ada waktunya kamu tak bahagia melulu dengan ceria. Karena tidak berwarna bukan selalu menunjukkan lara, melainkan penarikan diri dari alam yang mengaku rindu metamorfosa."


Hidup menjadi lebih bermakna, tanpa banyak warna yang berlarian dan melelahkan.




Tidak ada komentar:

My inspiration..,

My inspiration..,

Blogger templates

Free Bunny Carrot MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com

Pages - Menu

 

Copyright 2010 Beranda Senja.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.