Ibarat pacaran, mungkin saat ini banyak cabang yang sedang
mengalami patah. Banyak tunas yang sedang tumbuh, namun tidak sempurna.
Terhimpun dalam lingkar pertemuan. Takdir atau kebetulan,
tetap yakinkan itulah skenarioNya. Ada yang datang, ada juga yang pergi. Ada yang
datang, memberi arti, namun tak jarang, yang pergi pun memberi makna
tersendiri.
Kalian sadar?
Hidup terlalu kaya akan bibit pelajaran. Peka saja sedikit,
maka bibit itu silakan kau ambil untuk kau tanam di pekarangan depan, sebagai
buah tangan atas hikmah yang kau petik.
Manusia satu, terhadap manusia lain saling mengingatkan. Menyampaikan,
memberikan, dan yang lebih penting mendengarkan. Tapi kalian tahu? Bahwa nasihat
bukan sekedar memberitahu orang, mengkritik, atau menyalahkan. Islam
mengajarkan untuk kalian menasihati tapi bukan untuk menjelekkan. Hingga kiranya,
jangan kau lakukan hal itu di tempat umum, yang sekiranya akan berdampak
negatif bagi orang yang kau nasihatkan.
Manusia satu, terhadap manusia lain tak sadarkan saling
menyakiti. Karena memang lidah merupakan bisa yang lebih mematikan. Lidah tak
bertulang, bukan begitu? Ingatkan pada diri, bahwa tutur harus lebih terjaga,
bahwa komentar bukan asal untuk komentar, melisankan harus melalui pemikiran
matang. Astaghfirullah, mudahkan kami untuk lebih hati-hati dalam berkata. Tidak
kah perlu berkata-kata yang mubazir, selain lebih baiknya diam?
Ini PR untuk manusia. Yang lalai terhadap diri. Yang rela
memakan daging bangkai kerabatnya sendiri. Yang iri terhadap manusia lain. Menghanguskan
seperti api yang melahap kayu menjadi arang. Astagfirullah, lagi lagi dunia
gersang, kembali terasa penat.
Manusia satu, terhadap manusia lain telah diamanakhkan untuk
menjadi pemimpin. Tidakkah? Mereka lebih mampu, mereka yang lebih berilmu, ternyata
rupa masih haus akan pujian. Kepemimpinan tidak sekedar untuk menegakkan dan
membangun sebuah dasar, namun ‘kepopuleran’ masih menjadi satu kajian, suatu
ambisi yang ingin di-elu-kan. Tidak salah, ya.. hanya saja berujung pencitraan.
Memang semua ingin terlihat baik, semua ingin terlihat sempurna. Tanpa cacat.
Manusia satu, terhadap manusia lain saling membantu. Tidakkah
hidup lebih terasa jika kau menebar banyak manfaat? Kiranya kau mampu dikenang
mereka menjadi sosok baik yang tetap hidup di antara mereka? Namun kiranya,
jiwa pemimpin saja tak cukup. Ada setengah niat, yang mungkin kau elak untuk
kau mampu berada di depan. Karena masih terlalu banyak PR yang harus kau
kerjakan. Hei? Tidakkah itu ladang jika kau mau? Ya, kembali semua menjadi
pilihan.
Hingga pada akhirnya, dunia akan seperti itu berputar. Megah
didiami oleh manusia-manusia yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
Yang harusnya memelihara, namun mereka malah merusak. Yang harusnya mereka
menjaga, namun kini semakin banyak manipulasi.
Entah sampai kapan bumi kami
kuat menopang manusia-manusia ini? Yang sialau dan menghalau akhirat, cinta
dunia dan takut mati.
Mereka terlalu betah di bumi, mereka lupa ke mana akan
kembali.
Manusia, sibuk dengan menuruti nafsunya. Manusia lupa, lupa,
dan lupa.
"Dari mana, untuk apa, dan mau ke mana dia kembali?"
Sesungguhnya kami hanya pengelana yang haus akan pengingat,
dan diingatkan.
Selamat memperjuangkan, kamu, dunia – Akhiratmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar