Dandelion I

"Dandelion bersemi, Pagiku juga menepi.."

Berjalan pada pelataran ini kembali mengingati agar aku terus berjalan menyusuri tikungan demi tikungan selanjutnya. Misteri. Bayangnya, hal itu tak bisa terprediksi, melangkah sejauh apapun tetap saja senja terbungkus rapi dengan segala kenangannya. Untuk kemudian, aku bersemi mekar, cantik nantinya seperti Dandelion Kuning yang selalu berkelana lepas mengikuti jejak angin berhembus. Selalu punya harapan baru, mimpi baru pada suatu hari yang baru.

Kapas putih itu tidak akan lama hidupnya,
sebentar lagi pun ia akan habis terbawa. Tertanam di semak ilalang, bertangkai ringkih dan jarang sekali rupa orang memerhatikannya. Bunga cantik itu memang bukan seperti bunga penghias lainnya, ia berbeda, ia tak perlu tempat khusus, ke manapun angin membawanya, hingga sang bibit terjatuh, menetap di dasar, dan.. voila! kau akan takjub, lebih dari sekedar kapas, temukanlah Dandelion merevolusi dirinya menjadi Bunga yang sesungguhnya.

Tidakkah kau tahu tentang hal ini? Mari dengar..

Si cantik berkapas ringan ini sebenarnya bukan bunga, ia hanya bagian daripada perjalanan sebelum akan tumbuhnya sang bunga. Tepat, si putih lembut itu hanyalah semisai bibit. Hingga akhirnya, angin kelak mengantarkan ia pada tempat lain, kembali menyesuaikan diri terhadap waktu yang menggerakkannya tiada, untuk kembali menjadi ada.

Dan.. ya,

Aku akan terus bergerak, mencari untuk menemukan pagi. Bersama hembusan angin, udarakanlah doa-doamu itu. Semoga bertemu, di tanah yang sama. Hingga para tangkai di pelataran ini siap sendiri lagi, berhias bersih dari topi-topi putih nan mungil.

Kapas-kapas mengudara, terbang dan terjatuh entah di mana. Jalanan berbatu, gersang, sekalipun tanah yang basah, dia tetap akan berjuang menemukan hidup barunya, bertahan untuk menjadi bunga baru, atau mati. Tapi tidak,

jika saja doa dan harapan itu bertemu :)

Dandelion menunggu Angin, membawanya pada suatu tempat.

Tempat di mana kamu akan bisa memetiknya.