Dalam kemah yang sama, bisa saja kalian berpura, bisa pula wajah tak
saling sapa. Dia-mu yang
satu, mungkin sedang jauh dalam entah yang tersesat mencarimu. Dia-mu yang satu, mungkin jua tak jauh dari sekitarmu?
Kita
sama-sama pernah bertanya, untuk kemudian menunggu. Kita pernah sama-sama luka,
atau meluka. Kita pula pernah sama-sama berlari, untuk akhirnya mendapati
cahaya illahi.
Sebut saja
kata hijrah bukan tuk dapati seseorang yang kau mau. Namun hijrahmu, sebagai wujud
kembali atas RahmatNya yang lengah kau sadari. Terjatuh, kemudian luka.
Terhimpit oleh jejak jahilia yang buatmu sesak tak berdaya. Mengeluhkan perihal
beban yang sungguh tak biasa.
Napas
paragraf ini terbilang singkat. Tak lagi sesak. Serupa, ketika kau dapati angin
di sudut sana, mengembus lambai ilalang pada pagi yang bersua. Kembali menjejak
fana, sampai senjamu kan tiba.
Dalam jingga
yang menyesap singkat, derap langkah sepertinya mulai terhenti. Berlalu untuk
tidak bertanya dan kembali mencari. Bukan berhenti karena terlalu lelah
menunggu yang tidak ditahu, tetapi ini fokusmu yang lebih teralih pada cerminan
diri. Pada rupa yang menuntunmu untuk berhijrah setiap hari.
Sungguh, hidup
ini tak pernah mencari arti lain. Cukuplah Ia sebagai tujuanmu. Maka, merindumu
kuumpamakan sebahagianku yang kelak menambah kerinduan padaNya.
Dalam dirimu yang merupa cerminan itu,
semoga kita bertemu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar