Mati Suri

Menggagas diksi untuk tertuangkan dalam lembar halaman rasanya tidak sesulit yang dibayangkan. Kiranya, jika Kau kembali tengok pada ceceran tulisan pinggiran itu. Berdesak, sesak, bahkan berontak. Mencari celah sendiri, untuknya bisa berbicara. Untuknya, dapat didengar. Itulah sebuah coretan abadi, yang mengantarkannya pada minat literasi.

Berawal dari sebuah gelisah, lisan, hingga akal yang selalu bertanya dan  mempertanyakan. Hanya dalam sebuah kotak itu, Ia menjadikan kata, bernaung dalam kalimat demi kalimat yang menjadi alas sebuah ruang, hingga paragraf yang akhirnya mampu menjadi atap. Tujuannya hanya satu, merefleksikan setiap kisah, dirasa sudah cukup membuatnya bahagia. Karena melalui hal itu, rupanya sebuah pemikiran akan terus berkembang, pandangan yang semakin meluas, serta kepahaman sebagai manusia untuk dapat semakin peka. 

Dijadikanlah sebuah rumah aksara, tempat paling nyaman untuknya bersembunyi, dan menikmati segala warna kehidupan. Tanpa mengundang khalayak ramai. Namun beberapa darinya tahu, sesekali melipir dan menikmati itu. Walau dirasa tak cukup banyak mengerti.

Tak peduli. 

Ya, semua tanpa terpedulikan. Saat itu masih tetap begitu, Ia pada ruangannya. Berfokus pada garis tujuannya. Dia hanya ingin berbagi melalui sebuah seni kata. Tentu, tanpa sembarang. Seiring sejalan, tumpukan itu terlebih dulu menjadi bahan pengamatannya. Ketika ketertarikan itu terjalin, maka suatu hal itu turut dipelajarinya. Diendapkan, untuk kemudian menelurkan cabang tanya yang kiranya abstrak untuk bisa disampaikan. Maka ini sebuah jalan, dengan penerangan sekadarnya. Menjadi jejak abadi, yang kelak menuntun dalam titian masa.

Namun, kini semua pendar itu nyaris padam. Entah hal apa yang perlahan menelan cahaya itu.

Tak berharap surut darinya. Masih menjejak, dalam ketidak tahuan yang berharap kembali menemukan jalannya. Semoga ini hanya bagian anak tangga dari proses bersabar, untuk kelak menuaikan manfaat.

Aku segera kembali,

walau masih dengan jalan merangkak seperti bayi.

Biarkanlah begitu, 

atau jejaknya kan terkurung dalam kata entah..